Minggu, 06 Maret 2016

Perjalanan Iman Sang Pemungut Cukai



Aku menatap luasnya sawah yang membentang dan asrinya padi yang menguning, tak kurang dengan beberapa petani yang bekerja tanpa lelah di tengah dinginnya pagi, kala ular besi mengangkutku menuju kota kelahiranku, Semarang. Pemandangan yang kunikmati di awal masa libur semester tersebut membuat diriku mengucap syukur atas apa yang telah Tuhan anugerahkan kepadaku dan kepada bumi Indonesia. Dalam perjalanan tersebut, tetiba ponselku mendapat pesan singkat dari Bastian, salah seorang pengurus PWK, yang meminta diriku untuk mengisi kolom warta PWK dengan sharing perjalanan iman yang kualami. Menceritakan perjalanan iman secara pribadi tentu takkan semudah menceritakan perjalanan pulang ke kampung halaman. Dengan harapan tulisanku akan menjadi berkat bagi pembaca, akhirnya kuterima tawaran tersebut dengan penuh sukacita.
Menjadi pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah hal yang jauh dari angan masa kecilku. Setelah sempat mengenyam pendidikan di Jurusan Arsitektur selama 1 tahun demi menggapai cita-cita, tahun 2008 menjadi tahun penyerahan diriku sepenuhnya kepada Tuhan. Karena satu dan lain hal, aku tidak dapat merasakan kedamaian saat menjalani perkuliahan tersebut, hingga akhirnya aku masuk ke Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, spesialisasi Kepabeanan dan Cukai. Saat itu yang ada dipikiranku hanya satu: Tuhan lah yang memegang masa depanku, bagianku hanyalah mengambil keputusan dengan doa kepadaNya.
Tiga tahun perkuliahan kulalui dengan baik hingga diriku ditempatkan pertama kali secara definitif di Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tipe A Tanjung Priok. Rasa syukur dan bangga terus menerus membuncah ketika langkah kaki menghantarkanku ke kantor yang merupakan jawaban atas doa yang selama 3 tahun kunaikkan kepada Tuhan. Alasanku menjadikan kantor tersebut sebagai pokok doaku adalah separuh lebih importasi Indonesia dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga bagiku KPU Tanjung Priok merupakan tempat yang paling baik untuk belajar seluk beluk kepabeanan selepas pendidikan formal. Satu alasan lainnya  yang membuatku tak henti bersukacita adalah dengan penempatan di Ibukota Indonesia berarti kesempatan bagiku untuk melayani di Persekutuan Mahasiswa Kristen Bea Cukai di Pusdiklat BC Rawamangun masih terbuka lebar. Persekutuan di mana aku dibentuk menjadi alumni yang takut akan Tuhan inilah yang membuatku memiliki ‘hutang’ untuk kembali membina adik-adik kelas di dalam Tuhan selagi ada kesempatan.
Satu tahun penempatan di KPU BC Tipe A Tanjung Priok mengajarkanku banyak hal baik secara teknis maupun spiritual. Bidang BKLI menjadi satu-satunya bidang yang kutempati selama setahun pengabdian di kantor tersebut. Di situlah bidang yang paling tepat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama di bangku perkuliahan. Di situ pulalah tempatku ‘dipaksa’ untuk mengetahui seluruh proses bisnis kepabeanan di Tanjung Priok guna memberikan pelayanan informasi yang prima kepada pengguna jasa. Walaupun terkadang bagi sebagian pegawai bea cukai bidang informasi merupakan bidang yang kurang prestisius, namun dengan bekal yang didapat dari persekutuan mahasiswa, aku terus belajar untuk memberikan kinerja yang maksimal sesuai dengan perintah Tuhan dalam Kolose 3:23-24 “Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” Dengan terus berpegang pada firmanNya, kita akan ingat bahwa kita bekerja untuk institusi, seperti untuk Tuhan. Sebagaimana Tuhan telah memberikan segalanya termasuk nyawa putra tunggalNya bagi kita, kita juga harus memberikan yang terbaik dari diri kita dalam bekerja bagiNya.
Wacana pembentukan pusat kontak layanan DJBC yang dikenal dengan nama Contact Center di tahun 2014, membawaku terpilih sebagai salah satu pegawai yang ditugaskan untuk terlibat dalam perintisan unit baru tersebut. Mendapati kenyataan tersebut hati kecilku mengalami dilema. Di satu sisi diriku merasa bangga dapat terlibat dalam percepatan peningkatan layanan informasi bagi institusi, namun di sisi lain, aku merasa waktu untuk belajar seputar kegiatan kepabeanan di Priok masih terlalu singkat. Ada sedikit kekecewaan pula di saat baru mulai merasa intim dengan rekan-rekan persekutuan di PWK Priok dan merasakan nyaman melayani di sana, di saat itu juga aku harus segera meninggalkan itu semua. Kenapa hanya setahun, Tuhan? Di dalam kegamangan tersebut, aku diingatkan kembali pada doa yang telah kupanjatkan ketika lulus kuliah. Bukankah dulu aku ingin penempatan di Jakarta dan dekat dengan kampus supaya dapat terus melayani? Kiranya dengan kepindahanku, aku masih dapat terus belajar dan memperoleh ilmu yang bermanfaat bagi institusi.
Tahun 2014 hingga 2015 kujalani sebagai anggota Bravo Bea Cukai yang memberikan kesempatan bagiku untuk melayani di ibadah Jumat PWK Kantor Pusat dan di Pusdiklat BC. Ternyata di Contact Center aku kembali mendapatkan kesempatan untuk belajar segala macam peraturan, tidak hanya yang terkait dengan kepabeanan dan cukai, namun juga terkait kebijakan instansi lainnya. Tuhan memang baik, di balik rencanaNya memindahkanku yang baru setahun di Priok, Dia telah mempersiapkan ladang pelayanan dan pembelajaran yang baik untukku berkembang dan tetap menghasilkan buah. Di periode ini lah aku juga dipertemukan dengan rekan-rekan lulusan Diploma Akuntansi yang kemudian dengan baik hati mengajariku supaya lulus USM DIV STAN. Muaranya adalah anugerah kelulusan yang kuterima bersama beberapa anggota Bravo Bea Cukai untuk melanjutkan pendidikan melalui Tugas Belajar.  Doa dan komitmen yang kusampaikan kepada Tuhan saat tahun baru 2015, kembali mendapatkan jawaban indah dari Tuhan dengan pengumuman kelulusan tersebut.
Dalam perenunganku aku meyakini campur tangan Tuhan yang begitu luar biasa menyusun setiap kejadian dalam hidupku menjadi rangkaian kebaikan bagiku dan sesamaku. Mungkin bila aku masih melanjutkan pendidikan sebagai Arsitek, aku tidak akan menikmati persekutuan dan pertobatan yang mengubah jalan hidupku. Bisa jadi bila aku masih di Priok, aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk belajar bersama rekan-rekan dan lulus bersama mereka. Kita mungkin tidak dapat memahami apa rencana besar yang telah Tuhan siapkan untuk kita, wajar saja karena pandangan manusia tidak seluas sudut pandang Tuhan. Namun selama hati kita dapat menaikkan doa kepada Tuhan dan Tuhanlah yang menjadi pusat hidup kita, kita akan menyadari bahwa tangan Tuhan sedang merenda suatu karya yang agung mulia bagi hidup kita dan masa depan kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Sample text

Sample Text

Sample Text

Social Icons

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Followers

Social Icons

Featured Posts

Pages