Aku menatap
luasnya sawah yang membentang dan asrinya padi yang menguning, tak kurang
dengan beberapa petani yang bekerja tanpa lelah di tengah dinginnya pagi, kala
ular besi mengangkutku menuju kota kelahiranku, Semarang. Pemandangan yang
kunikmati di awal masa libur semester tersebut membuat diriku mengucap syukur
atas apa yang telah Tuhan anugerahkan kepadaku dan kepada bumi Indonesia. Dalam
perjalanan tersebut, tetiba ponselku mendapat pesan singkat dari Bastian, salah
seorang pengurus PWK, yang meminta diriku untuk mengisi kolom warta PWK dengan
sharing perjalanan iman yang kualami. Menceritakan perjalanan iman secara
pribadi tentu takkan semudah menceritakan perjalanan pulang ke kampung halaman.
Dengan harapan tulisanku akan menjadi berkat bagi pembaca, akhirnya kuterima
tawaran tersebut dengan penuh sukacita.
Menjadi pegawai
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah hal yang jauh dari angan masa kecilku.
Setelah sempat mengenyam pendidikan di Jurusan Arsitektur selama 1 tahun demi
menggapai cita-cita, tahun 2008 menjadi tahun penyerahan diriku sepenuhnya
kepada Tuhan. Karena satu dan lain hal, aku tidak dapat merasakan kedamaian
saat menjalani perkuliahan tersebut, hingga akhirnya aku masuk ke Sekolah
Tinggi Akuntansi Negara, spesialisasi Kepabeanan dan Cukai. Saat itu yang ada
dipikiranku hanya satu: Tuhan lah yang memegang masa depanku, bagianku hanyalah
mengambil keputusan dengan doa kepadaNya.
Tiga tahun
perkuliahan kulalui dengan baik hingga diriku ditempatkan pertama kali secara
definitif di Kantor Pelayanan Utama Bea Cukai Tipe A Tanjung Priok. Rasa syukur
dan bangga terus menerus membuncah ketika langkah kaki menghantarkanku ke
kantor yang merupakan jawaban atas doa yang selama 3 tahun kunaikkan kepada
Tuhan. Alasanku menjadikan kantor tersebut sebagai pokok doaku adalah separuh
lebih importasi Indonesia dilakukan melalui Pelabuhan Tanjung Priok, sehingga
bagiku KPU Tanjung Priok merupakan tempat yang paling baik untuk belajar seluk
beluk kepabeanan selepas pendidikan formal. Satu alasan lainnya yang membuatku tak henti bersukacita adalah
dengan penempatan di Ibukota Indonesia berarti kesempatan bagiku untuk melayani
di Persekutuan Mahasiswa Kristen Bea Cukai di Pusdiklat BC Rawamangun masih
terbuka lebar. Persekutuan di mana aku dibentuk menjadi alumni yang takut akan
Tuhan inilah yang membuatku memiliki ‘hutang’ untuk kembali membina adik-adik
kelas di dalam Tuhan selagi ada kesempatan.
Satu tahun
penempatan di KPU BC Tipe A Tanjung Priok mengajarkanku banyak hal baik secara
teknis maupun spiritual. Bidang BKLI menjadi satu-satunya bidang yang kutempati
selama setahun pengabdian di kantor tersebut. Di situlah bidang yang paling
tepat untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat selama di bangku perkuliahan. Di
situ pulalah tempatku ‘dipaksa’ untuk mengetahui seluruh proses bisnis
kepabeanan di Tanjung Priok guna memberikan pelayanan informasi yang prima
kepada pengguna jasa. Walaupun terkadang bagi sebagian pegawai bea cukai bidang
informasi merupakan bidang yang kurang prestisius, namun dengan bekal yang
didapat dari persekutuan mahasiswa, aku terus belajar untuk memberikan kinerja
yang maksimal sesuai dengan perintah Tuhan dalam Kolose 3:23-24 “Apa pun juga
yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia. Kamu tahu, bahwa dari Tuhanlah kamu akan menerima bagian
yang ditentukan bagimu sebagai upah. Kristus adalah tuan dan kamu hamba-Nya.” Dengan
terus berpegang pada firmanNya, kita akan ingat bahwa kita bekerja untuk
institusi, seperti untuk Tuhan. Sebagaimana Tuhan telah memberikan segalanya
termasuk nyawa putra tunggalNya bagi kita, kita juga harus memberikan yang
terbaik dari diri kita dalam bekerja bagiNya.
Wacana
pembentukan pusat kontak layanan DJBC yang dikenal dengan nama Contact Center di tahun 2014, membawaku
terpilih sebagai salah satu pegawai yang ditugaskan untuk terlibat dalam
perintisan unit baru tersebut. Mendapati kenyataan tersebut hati kecilku
mengalami dilema. Di satu sisi diriku merasa bangga dapat terlibat dalam
percepatan peningkatan layanan informasi bagi institusi, namun di sisi lain, aku
merasa waktu untuk belajar seputar kegiatan kepabeanan di Priok masih terlalu
singkat. Ada sedikit kekecewaan pula di saat baru mulai merasa intim dengan
rekan-rekan persekutuan di PWK Priok dan merasakan nyaman melayani di sana, di
saat itu juga aku harus segera meninggalkan itu semua. Kenapa hanya setahun,
Tuhan? Di dalam kegamangan tersebut, aku diingatkan kembali pada doa yang telah
kupanjatkan ketika lulus kuliah. Bukankah dulu aku ingin penempatan di Jakarta
dan dekat dengan kampus supaya dapat terus melayani? Kiranya dengan
kepindahanku, aku masih dapat terus belajar dan memperoleh ilmu yang bermanfaat
bagi institusi.
Tahun 2014
hingga 2015 kujalani sebagai anggota Bravo Bea Cukai yang memberikan kesempatan
bagiku untuk melayani di ibadah Jumat PWK Kantor Pusat dan di Pusdiklat BC.
Ternyata di Contact Center aku
kembali mendapatkan kesempatan untuk belajar segala macam peraturan, tidak
hanya yang terkait dengan kepabeanan dan cukai, namun juga terkait kebijakan
instansi lainnya. Tuhan memang baik, di balik rencanaNya memindahkanku yang
baru setahun di Priok, Dia telah mempersiapkan ladang pelayanan dan
pembelajaran yang baik untukku berkembang dan tetap menghasilkan buah. Di
periode ini lah aku juga dipertemukan dengan rekan-rekan lulusan Diploma
Akuntansi yang kemudian dengan baik hati mengajariku supaya lulus USM DIV STAN.
Muaranya adalah anugerah kelulusan yang kuterima bersama beberapa anggota Bravo
Bea Cukai untuk melanjutkan pendidikan melalui Tugas Belajar. Doa dan komitmen yang kusampaikan kepada
Tuhan saat tahun baru 2015, kembali mendapatkan jawaban indah dari Tuhan dengan
pengumuman kelulusan tersebut.
Dalam
perenunganku aku meyakini campur tangan Tuhan yang begitu luar biasa menyusun
setiap kejadian dalam hidupku menjadi rangkaian kebaikan bagiku dan sesamaku.
Mungkin bila aku masih melanjutkan pendidikan sebagai Arsitek, aku tidak akan
menikmati persekutuan dan pertobatan yang mengubah jalan hidupku. Bisa jadi
bila aku masih di Priok, aku tidak memiliki banyak kesempatan untuk belajar
bersama rekan-rekan dan lulus bersama mereka. Kita mungkin tidak dapat memahami
apa rencana besar yang telah Tuhan siapkan untuk kita, wajar saja karena
pandangan manusia tidak seluas sudut pandang Tuhan. Namun selama hati kita
dapat menaikkan doa kepada Tuhan dan Tuhanlah yang menjadi pusat hidup kita,
kita akan menyadari bahwa tangan Tuhan sedang merenda suatu karya yang agung
mulia bagi hidup kita dan masa depan kita. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar